Selasa, Juni 23, 2020

Jelang HUT Ke 55 Kompas - Suryopratomo (Dari Kompas ke GTPP Covid 19, Kini Dubes RI di Singapura) (updated)

5 Hari Menuju 55 Tahun Koran Kesayangan Ini, Kompas. Tadi Anda Sudah Baca Opini di Edisi Hari Ini (23/6), Eh, Ada Nama Suryopratmo yang Muncul di Koran Ini, Karena Waktu Itu, Namanya Dulu Muncul di Boks Redaksi Koran Kompas tahun 1998-2008 saat Masih Jadi Redaktur Pelaksana dan Pemred, Kemudian Kembali di Halaman Klik Pada tahun 2017 dan Saat Berita Kematian Om Pasikom tahun 2018, Bahkan Muncul Namanya di Koran Sebelah, Media Indonesia Sejak Sekitar 2008/09 Baik di Boks maupun di Kolom Dunia Sepakbola Sejak Agustus 2019. Kini Sejak September 2020, Jadi Dubes RI di Singapura.



Foto Suryopratomo (2018)


Dilahirkan di Bandung pada 12 Mei 1961, Masa Kecilnya Dia Menyukai Koran yang Dibaca Bapak-Ibunya, Bahkan di Waktu TK hingga SLTP (SMP) dia Mau Cita-Cita Jadi Wartawan Top di Salah Satu Koran Paling Terkenal. Tahun 1985, Tommy (Panggilan Suryopratomo) Mulai Menikah Karena Mau Lulus di Universitas. Beberapa Tahun Setelahnya, Mulai Berkarir di Koran Kompas, Dimana Posisinya Sebagai Wartawan Desk Ekonomi-Bisnis atau Olahraga. Sementara Itu Juga Menulis Artikel Sepakbola dan Olahraga Lain di Kompas Karena Sibuk Meliput Piala Dunia baik yang 1990 atau 1994 atau Juga 1998. Beliau Sempat Menjadi Peliput Sea Games 1997 yang Berlangsung di Jakarta dimana, Koran Kompas Sebagai Koran Resmi Pesta Olahraga Asia Tenggara 1997, Tidak Hanya Kompas, tapi Juga Produk Lain dari Kompas Gramedia seperti Tabloid Bola, Majalah Hai, Banjarmasin Post, Surya, Sriwijaya Post, Tabloid Nova dan Bernas Ikut Melibatkan Liputan Sea Games 1997.

Headline Kompas Oktober 1997 (ada Tulisan Suryopratomo di Boks)

Selain Suryopratomo, Ada Juga Para Peliput lain Seperti Arbain Rambey, Edi Hasbi, Johny TG, Rudi Badil, Kartono Riady, dll. Sementara Itu, di Kubu Tabloid Bola diliput Oleh Sumohadi Marsis, Ian Situmorang, Arief Kurniawan dan Tjandra M. Amien. 8 Bulan Setelahnya, Saat Masih jadi Jurnalis di Kompas, Tomy Sempat Tampil Sebagai Komentator Tamu di Acara Siaran Langsung Piala Dunia 1998 lewat TPI (Kini Menjadi MNC TV) berupa Siaran Langsung 14 Pertandingan. di Tahun 2000, Kompas Terbit Edisi Hari Pertama 2000 dengan Tebal 80 Halaman. Sejak 1 Februari 2000, Nama Tommy Akhirnya Menjadi Pemred Kompas menggantikan Posisi Jakob Oetama yang Sudah 35 Tahun Jadi Pemred. Saat Bertugas jadi Pemred, Kompas Harus Memiliki Halaman Khusus Daerah Seperti Lembar Jatim, Jateng-DIY dan Jabar, Cuma 2 Halaman Saja Sebagai Pengganti Halaman dari Desk Metro dan Nusantara Khusus Untuk Pasaran Daerah. Adanya CJJ (Cetak Jarak Jauh) di Jawa Timur Membuat Kompas bisa Hadir Pagi di Seluruh Jawa Timur ketimbang Saudaranya, Koran Surya yang Juga Hadir di Paginya selain Jawa Pos di Provinsi Ini. Juni 2000, Euro 2000 Mulai Digelar dan Kompas Bergerak Cepat Menerbitkan Versi Tabloid yang Terbit 7 Hari Seperti Koran. Budiarto Shambazy Adalah Pengurusnya Untuk Menerbitkan Tabloid Euro 2000 dari Kompas. Jika di Koran Ketinggalan Berita Terbarunya, Tapi di Tabloid Pasti Ada Berita Terbaru terkait Euro 2000. Bahkan Juga Menerbitkan 2 Buku tentang Euro 2000 Seperti Paparan Euro 2000 dan Malaikat Kecil dari Mulut Gawang. Sementara Itu, Momen Tanggal Merah Seperti 17 Agustus 2000, Kompas Tetap Terbit.

Headline Kompas Edisi Minggu September 2001

di Tahun 2001, Kompas Edisi Minggu Mengalami Perubahan Besar, Yakni Rejuvenasi Tampilannya. Sementara Itu, Sejak 2002 Awal, Ikut Rejuvenasi di Edisi-Edisi Sebelum Minggu. di Tahun 2002, yang Paling Ingat adalah Foto Megawati berdansa Bersama Perdana Menteri Cina, Dimana Tommy Memotretnya dan Dimuat di Koran. Tahun yang Sama, Kompas Mulai Beriklan di Semua Media Cetak dan Elektronik, Dimana Iklan Tersebut Dibilang Viral Karena Kompas sangat Laris Manis yang Bisa didapatkan di Toko-Toko maupun Penjual Jalanan di Sekitar Lampu Merah, Bahkan ada Jargon Khasnya yang Ada di Iklan Ini "Buka Mata Dengan Kompas". Tidak Hanya di Media, Tapi Juga di Jalanan maupun di Toko-Toko atau Agen-Agen yang Menyediakan Koran Kompas. Tahun 2003, Memperkenalkan Rubrik Anak (Sekarang Rubrik Anak ada di JP Radar Jombang Setiap Minggu sejak 31 Mei 2020). Tahun 2004, Kompas Berubah Menjadi Berwarna Setiap Hari Setelah 2 Dekade Menggunakan Headline Berwarna Setiap Minggu. Kompas Ketebalannya Banyak Sekali di Edisi Jumat atau Sabtu, Ada Pula Halaman Khusus Daerah Lebih Tebal dari 2 jadi 4 dan jadi 12 Halaman. Sejak 2004, Kompas Edisi Jateng-Jogjakarta Dipisah, ada yang Kompas Jateng Dibuat Sendiri dan Kompas Jogjakarta sebagai Pengganti Kompas Jateng-Jogjakarta. Bahkan, di Jawa Barat Masih ada Lembar Daerah. Setiap Kota di Luar Jakarta, Kompas di Halaman 1 terdapat Tulisan Nama Provinsi yang Dipasarkan, Jawa Barat (dipasarkan di Bandung dan Sekitarnya), Jawa Tengah/Jogjakarta (dipasarkan di Semarang, Solo dan Jogjakarta) dan Jawa Timur (dipasarkan di Surabaya, Malang dan Jember). 28 Juni 2005 adalah Momen Untuk Memperbarui Koran Kompas di HUT Ke 40, Dimana Koran Ini Berubah Kemasan yang Baru agar Memenuhi Pembaca di Seluruh Indonesia, Bahkan ada Rubrik Baru, Kompas Klasika.

Perbandingan 27/6/2005 dan 28/6/2005

Bukan Hanya Wajah Baru di HUT Ke 40, Tapi Juga Iklan yang Menampilkan 3 Tokoh yang ada di Bajunya, dan Terdapat Jargon Baru "Lintas Generasi" menggantikan "Buka Mata Dengan Kompas" sebelum diganti dengan "Inspirasi Lintas Generasi" (2015), "Bergerak Bersama" (2018) dan "Ada di Kompas" / "Kawan Dalam Perubahan" (2020). Tahun 2006, Kompas Kembali Menerbitkan Tabloid Piala Dunia 2006 yang Formulanya Sama Seperti Euro 2000. Tabloid Ini Melengkapi Liputan Khusus Piala Dunia 2006 yang hadir di Koran mulai Juni hingga Juli 2006. Saingannya adalah Tabloid Bola dan Soccer yang Mengulas Piala Dunia 2006 dalam Liputan Khusus. di Tahun 2007, adanya Kompas 100 yang Melibatkan Informasi Bisnis-Ekonomi yang Terpercaya. Bahkan ada 1 Buku Tentang Hasil Pilkada Jakarta 2007 yang Dimenangkan Fauzi-Prijanto, yakni "Jakarta Memilih" yang Berisi Tentang Persiapan Pilkada Jakarta 2007, Sementara Itu, Halaman Sport di Kompas hadir di Hari Jumat Sejak Oktober 2006 menggantikan Tabloid Khusus Piala Dunia 2006. Tahun 2008 adalah Tahun terakhirnya Beliau di Kompas, dan Masih Dalam Liputan Khusus Meninggalnya Soeharto dari Edisi 28 hingga 31 Januari 2008. Pada awal Februari 2008, Suryopratomo Resmi Mundur dari Pimred Koran Kompas, Setelahnya Digantikan Oleh Bambang (Mantan Pemred TV7 (aka Trans 7) 2001-2005). sejak Akhir 2008/Awal 2009, Berlabuh ke Metro TV, Kemudian ke Media Indonesia di Tahun yang Sama. Saat Masih di Metro TV atau Media Indonesia, Tommy Ingin Mengubah Citra kedua Media dari Media Group, Diantaranya Koran Media Indonesia dengan Wajah Baru per 11 Januari 2010 dan Metro TV Berganti Logo di Harkitnas 2010. Beliau Juga Memandu Acara Economic Challenges yang Ditayangkan di Metro TV, Lalu juga Menjadi Anggota Dewan Redaksi Media Group, Pemimpin Redaksi dan Direktur Pemberitaan Hingga 2017. Sementara Itu Jadi Dirut Metro TV Menggantikan A. Maghribie mulai Maret 2017 saat Don Bosco Selamun Kembali ke Metro TV Setelah 11 Tahun. Selama Bertugas dan Menjadi Dirut Metro TV, ada Banyak Inovasi yang Dibuat Metro TV bagi Beliau, ada Najwa Shihab yang Dipecat dari Metro TV Setelah Selesainya Mata Najwa Episode Spesial Edisi Terakhir versi Metro TV sebelum Hijrah ke Trans 7 mulai 2018, Munculnya Mantan Artis Cilik dan Artis Remaja Widya Saputra yang Hadir di Layar Metro TV setelah Tampil Sebagai Host Olahraga dan Pemain Drama Remaja juga adalah Personil Trio Laris di Masa Kecilnya, Pertama Kali Menayangkan Stand Up Comedy adalah "Stand Up Comedy Show" yang Dihadiri Para Pelawak Top seperti Mudy, Mongol Immanuel, Cak Lontong, Bintang Bethe, dll., Perubahan Wajah Metro TV dengan Logo Barunya per 20 Mei 2010, Putra Nababan jadi Pemred (Sebelumnya Wapemred RCTI) mulai 2012 hingga 2016, Don Bosco Selamun dan Kania Kembali ke Rumah Lamanya, Arief Suditomo jadi Pemred Gantikan Don Bosco Selamun yang Jadi Direktur Pemberitaan, dll. Sejak 2020, Nama Suryopratomo Masih Ada atau Tidak di daftar Jajaran Redaksi Media Indonesia/Metro TV Karena Sudah Dipecat atau Belum. Namun Akhirnya, Memilih Untuk Jadi Calon Dubes RI Singapura atau Juga Masih Bertugas di GTPP Covid 19. Posisi Dirutnya Digantikan Oleh Don Bosco Selamun. Kini Pak Tommy Menjadi Raja Dubes Indonesia di Singapura sejak September 2020.


Nantikan Kejutan di HUT Ke 55 Kompas pada 28/6/2020

#AdadiKompas #KawandalamPerubahan #Kompas55 #TerhubungdariRumah



Tidak ada komentar: